GA-1105 yang dioperasikan dengan armada B747-400 diberangkatkan dari Bandara Sultan Hasanuddin pada pukul 15:30 LT tanggal 16 Mei 2024 dan dijadwalkan tiba di Bandara Internasional Prince Mohammad bin Abdulaziz, Madinah pada pukul 21.10 LT. Sangat disayangkan penerbangan dimaksud tidak berjalan mulus seperti yang direncanakan dikarenakan terjadi kondisi Engine Fire after Take-Off sehingga pesawat melakukan prosedur Return To Base (RTB) sebagai langkah yang paling selamat dalam penerbangan. Apresiasi tinggi kepada seluruh awak pesawat yang bertugas dalam melaksanakan misi yang mulia ini.
Pesawat GA-1105 dengan registrasi ER-BOS yang diterbangkan oleh Garuda Indonesia merupakan pesawat yang dimiliki operator penerbangan Terra Avia dari negara Moldova yang memang disewa dengan peruntukan khusus untuk melayani penerbangan haji tahun 2024. Mekanisme sewa menyewa pesawat dilakukan melalui metoda Damp Lease dimana Garuda Indonesia menyewa pesawat dan Pilot sekaligus dan hanya Awak Kabin yang dipersiapkan oleh Garuda Indonesia. Selama bertahun-tahun memang penyewaan pesawat untuk penerbangan haji selalu dilakukan dan ini memang wajar mengingat jumlah armada pesawat Garuda Indonesia yang dapat melayani penerbangan haji tidak mencukupi.
Permasalahan teknis yang dialami pada penerbangan GA-1105 merupakan satu kejadian yang memang sudah dilatihkan kepada para awak pesawat secara berkala melalui Proficiency Check bagi Pilot dan Competency Check bagi Awak Kabin. Dengan kejadian ini tentunya pesawat tersebut harus dilakukan Grounded untuk keperluan investigasi lebih lanjut dan setelahnya diharapkan dapat ditemukan penyebab kenapa kejadian tersebut dapat terjadi.Tentunya dalam satu kejadian akan banyak faktor penyebab yang dapat menjadi pemicunya.
Kondisi pasar penerbangan Indonesia pada saat ini memang masih tidak baik baik saja. Kebutuhan pelayanan penerbangan masyarakat pada peak season tahun 2024 nyatanya dapat terpenuhi dengan seluruh jumlah pesawat yang beroperasi pada saat ini. Dengan terpenuhinya kebutuhan domestik saat ini menjadikan landasan bagi para operator penerbangan dalam melakukan strategi pengembangan bisnisnya masing-masing. Tentunya tidak ada operator penerbangan yang mau melakukan langkah konyol dalam melakukan proyeksi dan pengembangan bisnis secara semberono.
Termasuk juga bagi Garuda Indonesia yang setelah terhantam keras oleh kejadian pandemi harus melakukan restrukturisasi armadanya, dan proyeksi penambahan armada pun harus dilakukan secara strategis dan taktis. Manajemen Garuda Indonesia tampaknya sudah melakukan langkah yang tepat dengan melakukan pengembangan dan penambahan armada secara bertahap dalam menjawab kebutuhan pasar penerbangan Indonesia.
Penambahan armada bukanlah hal yang mudah, biaya operasional pesawat tidaklah murah, selain memastikan kondisi kelaikudaraan pesawat juga harus memastikan kecukupan jumlah awak pesawat yang mengoperasikannya. Jika perhitungannya tidak tepat dan berlebihan dapat menyebabkan pemborosan dan jika berkekurangan dapat mempengaruhi aspek keselamatan nantinya.
Saat ini Garuda Indonesia memiliki jumlah armada sebanyak kurang lebih 73 pesawat dan jumlah Pilot sebanyak 1000 orang. Secara kasar rasio utilisasi pesawat dan Pilot menjadi rata-rata 1 : 13, yang maksudnya adalah 1 pesawat akan diterbangkan oleh 13 Pilot. Kondisi ini tentunya agak sedikit berlebihan antara jumlah Pilot dibanding pesawat yang dioperasikan sehingga sudah cukup bijak untuk sementara waktu beberapa Pilot diberikan kesempatan untuk melakukan pekerjaan darat sambil menunggu membaiknya kondisi penerbangan sesuai dengan proyeksi pengembangan bisnis Perusahaan.
Tentunya di saat kondisi pasar penerbangan Indonesia semakin membaik maka akan semakin banyak pesawat yang beroperasi di langit Nusantara ini. Semakin membaik lagi penerbangan kita maka akan semakin banyak pesawat berbendera Merah Putih di langit Indonesia.
Salam Penerbangan.
